BONE TERKINI, JAKARTA – Komite Disiplin PSSI resmi menjatuhkan sanksi berat kepada kapten PSM Makassar, Yuran Fernandes. Bek tangguh asal Tanjung Verde itu dilarang beraktivitas dalam seluruh kompetisi sepak bola Indonesia selama satu tahun penuh.

Larangan ini diumumkan usai Komdis menilai komentar Yuran tentang kualitas Liga 1 dan wasit dianggap melewati batas. Selain larangan tampil, ia juga diganjar denda sebesar Rp25 juta atas pelanggaran kode etik federasi.

Pihak PSM Makassar langsung bereaksi. Manajemen klub menyatakan kecewa atas keputusan sanksi terhadap Yuran Fernandes dan berjanji akan mendampingi Yuran untuk mengajukan banding dalam waktu dekat.

Yuran sebelumnya kerap melontarkan kritik soal kepemimpinan wasit dan kualitas pertandingan di Liga Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, ia menyebut bahwa banyak keputusan wasit yang merugikan tim dan tidak menunjukkan profesionalisme.

Puncaknya terjadi dalam laga melawan PSIS Semarang, di mana dua gol PSM dianulir. Momen itu memicu kemarahan pelatih Bernardo Tavares dan menjadi bahan kritik tajam dari Yuran terhadap kinerja perangkat pertandingan.

ADVERTISEMENT

Tak hanya itu, Yuran juga sempat mencuri perhatian publik saat menarik paksa pemain Persik Kediri, Mohammad Khanafi, keluar lapangan karena dianggap melakukan simulasi. Aksi tersebut menuai kontroversi dan memicu perdebatan di media sosial.

Komdis PSSI menilai tindakan Yuran tidak bisa ditoleransi.

“Pernyataan yang disampaikan Yuran Fernandes secara terbuka dianggap menyerang reputasi sepak bola nasional dan perangkat pertandingan. Komdis menilai hal tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap Kode Disiplin PSSI yang mengatur tentang etika dan sikap profesional dalam berkompetisi,” jelas Komdis dalam rilis resminya.

Sanksi ini otomatis membuat Yuran absen dari seluruh kompetisi hingga Mei 2026. Tidak hanya tidak bisa bermain, ia juga dilarang terlibat dalam aktivitas sepak bola di Indonesia, termasuk melatih atau mendampingi tim.

“Sanksi larangan beraktivitas selama 12 bulan tidak hanya mencakup larangan bertanding, tetapi juga melarang yang bersangkutan terlibat dalam segala bentuk kegiatan sepak bola di lingkungan Indonesia. Ini adalah bentuk tindakan tegas untuk menjaga integritas kompetisi,” tegas perwakilan Komdis PSSI.

Bagi PSM Makassar, ini menjadi kehilangan besar. Yuran adalah figur penting di lini belakang sekaligus pemimpin di ruang ganti. Kehilangan sang kapten bisa berdampak langsung pada stabilitas dan performa tim ke depan.

Di tengah persiapan menghadapi laga kontra Malut United, kabar ini datang seperti petir di siang bolong. Klub harus segera menyesuaikan strategi dan mencari alternatif pengganti dalam waktu singkat.

Manajemen PSM juga menganggap hukuman ini terlalu berat dan tidak proporsional. Mereka berharap proses banding bisa memberikan hasil yang lebih adil, setidaknya berupa pengurangan masa sanksi.

Publik sepak bola pun terbagi. Sebagian mendukung langkah tegas PSSI, tapi tak sedikit pula yang menilai sanksi ini berlebihan terhadap pemain yang hanya menyuarakan pendapat secara terbuka.

“Kami tidak anti-kritik. Namun, kritik harus dalam koridor yang tepat. Apa yang dilakukan Yuran tidak hanya menciptakan persepsi buruk terhadap liga, tapi juga memengaruhi kepercayaan publik terhadap sistem kompetisi kita,” lanjut Komdis.

Yuran sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi pasca keputusan ini. Namun sebelumnya, ia sempat menunjukkan sikap bertanggung jawab dengan meminta maaf kepada publik saat menerima kartu merah di laga sebelumnya.

Kasus ini menjadi catatan penting bagi semua pemain Liga 1 agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan kritik. Di sisi lain, federasi juga harus lebih terbuka terhadap masukan dari pelaku sepak bola.

PSSI berharap langkah ini bisa menjadi contoh agar seluruh pihak menjaga profesionalisme di atas dan di luar lapangan. Sepak bola Indonesia, menurut mereka, butuh ketegasan untuk bisa lebih maju.