BONE, BONTERKINI.ID – Di tengah kekayaan budaya Sulawesi Selatan, nama Asu Panting menempati tempat tersendiri dalam cerita rakyat Bugis. Sosok ini bukan sekadar mitos penakut anak, tetapi bagian dari warisan budaya yang masih dipercaya masyarakat hingga kini. Lantas, apa itu asu panting sebenarnya? Seberapa menyeramkan sosok hantu bugis satu ini?
Asu Panting digambarkan sebagai makhluk menyerupai anjing atau serigala, dengan ciri khas kaki depan lebih pendek daripada kaki belakang. Postur ini membuatnya tampak seperti hewan melompat, mirip kangguru, namun dengan aura yang menyeramkan.
Makhluk ini dikenal sangat cepat dan lincah. Dalam cerita masyarakat, Asu Panting sering muncul secara tiba-tiba di malam hari, diiringi suara lolongan panjang yang menggema. Suara itu dipercaya sebagai pertanda kehadirannya yang membawa kesialan atau penyakit.
Beberapa warga meyakini, jika seseorang sampai melihat mata Asu Panting secara langsung, maka orang tersebut bisa jatuh sakit secara misterius. Bahkan, hanya mendengar lolongannya saja sudah cukup membuat bulu kuduk merinding.
Cerita tentang Asu Panting tidak terlepas dari kepercayaan lokal yang menyatu erat dengan adat dan norma sosial. Ia menjadi simbol peringatan, terutama bagi mereka yang melanggar larangan adat atau berperilaku sembrono di tempat angker.
Masyarakat Bugis meyakini bahwa Asu Panting sering muncul di daerah hutan, pekuburan, dan jalan sepi. Tidak sedikit warga yang menghindari bepergian malam hari di tempat-tempat tersebut, apalagi sendirian.
Jangan Injak Bulu Asu Panting!

Mitos lain menyebutkan, jika seseorang menginjak bulu Asu Panting yang tertinggal di jalan, maka kakinya akan bengkak dan sulit disembuhkan. Biasanya, orang yang terkena akan mencari dukun atau orang pintar untuk mengobatinya.
Meski keberadaan Asu Panting belum pernah terbukti secara ilmiah, namun cerita tentangnya terus hidup dari generasi ke generasi. Ia hadir dalam obrolan warga, kisah malam di rumah panggung, hingga konten lokal di media sosial.
Di Bone dan wilayah Bugis lainnya, nama Asu Panting sering muncul saat terjadi kejadian aneh atau seseorang jatuh sakit tanpa sebab jelas. Hal ini memperkuat posisinya sebagai bagian dari budaya lisan yang tak lekang waktu.
Dengan terus dilestarikan, kisah Asu Panting menjadi pengingat bahwa budaya lokal Bugis begitu kaya dan penuh nilai. Tak hanya menyeramkan, legenda ini menyiratkan pesan moral untuk berhati-hati, menghormati alam, dan menjaga sikap.