Tradisi suku Bugis Mappalete Bola |
BONE TERKINI, BONE – Indonesia dikenal terdiri dari berbagai macam suku. Suku-suku tersebut tentunya mempertahankan ciri khas dan keunikannya, salah satunya suku Bugis.
Suku Bugis berasal dari Sulawesi Selatan dan tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu (Melayu muda). Suku ini memiliki berbagai macam tradisi unik yang keberadaanya masih lestari. Tradisi unik ini seringkali menjadi daya tarik wisatawan saat berkunjung ke Tanah Bugis.
Tradisi tersebut merupakan warisan para pendahulu. Selain itu, tradisi Suku Bugis telah melekat di kehidupan masyarakat dan seakan tidak dapat dipisahkan.
Berikut beberapa tradisi unik suku Bugis yang masih dilestarikan, dirangkum Boneterkini.com dari berbagai sumber, Kamis (11/2/21).
1. Ma’ Baca-baca
Tradisi Ma’ Baca-baca |
Ma’ Baca-baca merupakan sebuah ritual adat Bugis yang diartikan membaca doa dihadapan hidangan makanan yang masih dilestarikan hingga kini dan dirangkaikan dengan berbagai acara seperti Lebaran, pernikahan, sunatan, akikah, hingga ketika ingin memasuki rumah baru
Salah satu daerah yang masih melestarikan nya yaitu di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dan bisanya dilakukan oleh sesepuh atau tokoh masyarakat yang dituakan dalam sebuah keluarga.
Biasanya, dihadapan sesepuh akan diletakkan makanan yang telah ditata dalam sebuah nampan yang orang Bugis menyebutnya ‘Bakik’, kemudian dilengkapi dengan tungku kecil yang disebut dupa-dupa yang berisikan bara api.
2. Cemme Passili’
Prosesi mandi suci atau Cemme Passili’ |
Cemme Passili’ merupakan salah satu warisan budaya suku Bugis yang dilestarikan masyarakat Desa Ulo, Kecamatan Tellusiattingnge, Kabupaten Bone. Cemme Passili’ terdiri dari dua kata, yaitu Cemme dan Passili’. Cemme dalam bahasa Indonesia berarti mandi, sedangkan Passili’ berarti membersihkan diri.
Cemme passili’ diadakan pada bulan November dan hari Senin, masyarakat setempat biasanya merangkaikan tradisi tersebut dengan berbagai pertandingan olahraga seperti sepak bola, maupun sepak takraw yang diadakan oleh pemuda-pemuda yang ada di Dusun Ulo-ulo, Desa Ulo.
3. Mappalette Bola
Tradisi pindah rumah suku Bugis |
Mappalette Bola atau pindah rumah bagi suku Bugis merupakan hal unik, pasalnya bagi banyak orang pindah rumah hanya memindahkan barang-barang atau isi rumah.
Namun bagi suku Bugis, pindah rumah diartikan memindahkan sebuah bangunan rumah ke lokasi yang baru. Rumah yang biasanya terbuat dari kayu itu tidak dibongkar menjadi bagian kecil, melainkan dipindahkan dalam kondisi utuh dan masih membentuk rumah pada umumnya.
Pemindahan itu dilakukan ratusan laki-laki yang dipimpin oleh ketua adat yang akan memberikan aba-aba untuk mengangkat rumah tersebut yang sebelumnya telah diberi pegangan dari bambu agar mudah untuk diangkat.
Tradisi Mappalette Bola tersebut penuh dengan arti gotong royong yang terjadi di dalam masyarakat Suku Bugis yang solid.
4. Sirawu Sulo
Tradisi perang api pada suku Bugis |
Sirawu’ Sulo merupakan suatu tradisi atau pesta rakyat yang telah dilakukan sejak dulu oleh masyarakat di Desa Pongka, Kecamatan Tellu Siattingnge, Kabupaten Bone bersamaan dengan terbentuknya Desa Pongka itu.
Sirawu’ sulo terdiri dua kata yakni Sirawu’ yang berarti saling melempar dan Sulo berarti obor. Jadi Sirawu Sulo merupakan tradisi dimana masyarakat saling melempar obor yang terbuat dari daun kelapa.
Tradisi yang juga dikenal dengan nama sirempek api atau perang api dilaksanakan setiap tiga tahun sekali yang hanya diikuti oleh kaum laki-laki dimana jumlah dan usia peserta tidak dibatasi.
Tradisi unik ini dilaksanakan selama 3 malam berturut turut selama kurang lebih 2 jam atau sampai apinya padam.
5. Mappere
Tradisi Mappere di Tanah Bugis |
Tradisi unik lainnya dari suku Bugis yakni ritual Ayunan Raksasa yang dikenal dengan istilah Mappere. Tradisi ini merupakan tradisi yang telah dilestarikan secara turun temurun dan dilaksanakan usai panen raya.
Ayunan Raksasa itu terbuat dari dua pohon randu setinggi 20 meter, sementara tali yang digunakan merupakan tali rotan kemudian dibalut dengan kulit kerbau.
Biasanya sebelum tradisi Mappere dilakukan terlebih dahulu pemuka adat akan menggelar ritual keselamatan bagi para gadis yang nantinya akan diayun.
Gadis yang terpilih merupakan kembang desa yang akan diayun oleh delapan orang pemuda yang akan menarik tali tersebut dari kiri ke kanan untuk meninggikan ayunan raksasa itu.
Dalam tradisi unik ini biasanya warga setempat akan menyembelih puluhan ekor kuda sebagai wujud syukur atas kelimpahan panen yang nantinya akan dihidangkan kepada tamu yang datang.
Tinggalkan Balasan