BONE, BONETERKINI.ID – Pengadilan Delhi memberikan izin kepada Tahawwur Rana, tersangka utama dalam kasus serangan teroris 26/11 Mumbai, untuk melakukan satu kali panggilan telepon kepada keluarganya yang berada di Kanada. Keputusan ini diambil setelah otoritas Tihar dan Badan Investigasi Nasional India (NIA) tidak mengajukan keberatan terhadap permintaan tersebut.
Panggilan itu akan dilakukan di bawah pengawasan ketat pejabat senior dari Tihar Jail dan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam peraturan penjara. Hakim Chander Jit Singh yang memimpin sidang menyatakan bahwa izin panggilan hanya diberikan satu kali sebagai bentuk kemanusiaan agar Rana bisa menyampaikan kondisi dirinya kepada keluarga.
Permintaan Komunikasi, Status Kesehatan, dan Peran Pengacara Tahawwur Rana
Dalam sidang tersebut, pengacara Tahawwur Rana, Lakshay Dheer dan Piyush Sachdev, menyampaikan bahwa permohonan kliennya mencantumkan nomor telepon anak perempuannya di Kanada sebagai tujuan panggilan. Meskipun tidak disebutkan waktu pasti kapan panggilan dilakukan, disebutkan bahwa hak itu hanya diberikan satu kali untuk sementara waktu.
Selain itu, pengadilan juga memerintahkan otoritas penjara Tihar untuk menyerahkan laporan rinci terkait kondisi kesehatan Rana dalam waktu 10 hari. Permintaan itu muncul setelah pengacara Tahawwur Rana menyampaikan bahwa is mengalami gangguan kesehatan dan tidak memiliki akses ke alat bantu dengar yang dibutuhkan.
Permintaan Rana untuk komunikasi dengan keluarga sebenarnya pernah ditolak pengadilan pada April lalu, ketika ia masih dalam tahanan NIA. Saat itu, kekhawatiran utama adalah potensi penggunaan bahasa sandi yang dapat membahayakan penyelidikan yang sedang berlangsung.
Kini, dengan Tahawwur Rana resmi berada dalam penjara Tihar, permohonan komunikasi tersebut dikabulkan secara terbatas. Bahkan, pengadilan juga meminta penjara untuk mengevaluasi kemungkinan pemberian hak panggilan rutin kepada Rana, dengan syarat pengawasan dan aturan ketat.
Rana adalah warga negara Kanada dan mantan perwira Angkatan Darat Pakistan. Ia diekstradisi ke India pada 10 April lalu untuk menghadapi tuduhan keterlibatan dalam serangan teroris Mumbai tahun 2008, yang dikenal sebagai tragedi 26/11. Ia diduga kuat berkonspirasi dengan David Coleman Headley, teman masa kecilnya, dalam melakukan pengintaian terhadap target-target serangan.
Selain itu, NIA juga menuduh Rana memiliki hubungan dengan kelompok teroris Lashkar-e-Taiba (LeT) dan Harkat-ul-Jihadi Islami (HUJI), dua organisasi yang telah ditetapkan sebagai entitas teroris oleh Pemerintah India berdasarkan Undang-Undang Pencegahan Aktivitas Melanggar Hukum (UAPA).
Rana ditahan selama 30 hari untuk keperluan interogasi oleh NIA sebelum dipindahkan ke penjara. Selama proses investigasi berjalan, pengadilan juga memberikan izin kepada penyidik NIA untuk mengambil sampel suara dan tulisan tangan Rana sebagai bagian dari pencocokan bukti.
Dalam konteks hukum, pemerintah pusat India telah menetapkan tim jaksa khusus untuk menangani kasus ini. Tim tersebut dipimpin oleh Jaksa Agung India, Tushar Mehta, bersama Jaksa Agung Tambahan SV Raju, Advokat Senior Dayan Krishnan, dan Advokat Narender Mann. Keempatnya akan mewakili negara dalam sidang-sidang di Pengadilan Khusus NIA Delhi, Pengadilan Tinggi Delhi, dan Mahkamah Agung India.
Langkah pemerintah ini menunjukkan keseriusan India dalam memproses hukum semua pihak yang terlibat dalam tragedi berdarah yang menewaskan lebih dari 160 orang tersebut. Penunjukan tim hukum elit juga menandai bahwa proses hukum Rana dipastikan akan berjalan dengan pengawasan ketat dan kehadiran aparat hukum senior.
Berdasarkan Peraturan Penjara Delhi, tahanan yang terlibat kasus serius seperti terorisme, kejahatan negara, dan undang-undang seperti MCOCA, NSA, dan PSA biasanya tidak diberikan akses panggilan telepon. Namun, aturan itu memberikan pengecualian berdasarkan kondisi khusus, dengan persetujuan pejabat senior.
Umumnya, narapidana atau tahanan yang sedang menunggu proses hukum berhak melakukan satu panggilan telepon per minggu, tergantung pada perilaku, kasus yang dituduhkan, dan pihak yang dihubungi. Semua nomor yang digunakan dalam panggilan harus mendapat persetujuan dari otoritas penjara.
Rana akan kembali menjalani sidang berikutnya pada 9 Juli mendatang setelah pengadilan memperpanjang masa penahanannya melalui sidang video. Sementara itu, publik dan media internasional terus mengikuti perkembangan kasus yang memiliki implikasi besar dalam kerja sama antiteror antara India dan negara-negara sahabat, termasuk Kanada dan Amerika Serikat.
Perkembangan terbaru ini menunjukkan bahwa proses hukum Tahawwur Rana tak hanya berfokus pada keadilan terhadap korban tragedi 26/11, tapi juga memberikan ruang bagi pemenuhan hak-hak dasar terdakwa sesuai hukum yang berlaku.