WhatsApp Icon Gabung WhatsApp Channel Bone Terkini
Gabung

BONE, BONETERKINI.ID – Laga PSG Vs Inter Miami di ajang FIFA Club World Cup 2025 berakhir dengan dominasi mutlak dari juara Eropa. Pertandingan yang digelar di Atlanta itu memperlihatkan perbedaan kelas yang sangat mencolok antara PSG dan tim MLS yang diperkuat oleh Lionel Messi dan Luis Suárez.

PSG langsung tancap gas sejak menit awal. Pada menit ke-6, Joao Neves membuka keunggulan melalui sundulan hasil skema bola mati yang brilian dari Vitinha. Pertahanan Inter Miami tampak lengah dan tak mampu menandingi kecerdikan lini tengah PSG.

Situasi semakin memburuk bagi Inter Miami. Setelah serangkaian serangan bertubi-tubi, PSG mencetak gol kedua di menit ke-39. Fabian Ruiz tampil unselfish dengan memberikan assist kepada Neves untuk mencetak gol keduanya dan membawa PSG unggul 2-0.

Belum sempat Inter Miami bernapas, dua menit berselang sebuah own goal dari Tomás Avilés membuat skor menjadi 3-0. Pemain pengganti itu salah mengantisipasi umpan silang dari Doué dan justru mengarahkan bola ke gawang sendiri.

PSG menutup babak pertama dengan skor telak 4-0. Achraf Hakimi memanfaatkan bola muntah usai tembakan pertamanya membentur tiang dan kiper Ustari, sebelum menyelesaikannya pada kesempatan kedua.

IKLAN

Masuk babak kedua, Inter Miami sempat mencoba bangkit. Lionel Messi mendapatkan beberapa momen menyentuh bola dan bahkan sempat melepaskan tembakan. Namun, minimnya dukungan dari lini tengah membuat upaya tersebut mudah dipatahkan Donnarumma.

Luis Enrique kemudian mengganti beberapa pemain. Barcola, Dembélé, Kvaratskhelia, Doué, dan Lee Kang-In semuanya berada di lapangan—menjadikan PSG praktis bermain dengan lima pemain yang berkarakter menyerang dari sisi sayap.

Dominasi PSG terus berlanjut. Dembélé dan Barcola nyaris menambah keunggulan, sementara lini belakang Inter Miami dibuat pontang-panting. Doué menjadi salah satu pemain yang tampil paling menonjol dengan kecepatannya dan kreativitas di lini depan.

Inter Miami terlihat mulai kelelahan. Dalam suhu panas dan lembab di Atlanta, tim MLS itu tidak mampu menyamai intensitas permainan PSG yang secara fisik dan taktik jauh lebih unggul.

Hingga babak kedau berakhir, tak ada tambahan gol dari kedua tim.

Pertandingan ini menegaskan kesenjangan antara kekuatan Eropa dan MLS dalam kompetisi internasional. Messi, Suárez, dan Busquets hanya menjadi bayang-bayang dari masa kejayaan mereka, kalah telak dari pemain-pemain muda dan lapar milik PSG.

Pertanyaan mulai muncul, apakah turnamen ini akan mengarah pada dominasi penuh tim-tim Eropa? Jika penampilan PSG menjadi tolak ukur, maka peluang tim non-Eropa menembus babak semifinal terlihat sangat tipis.