BONE, BONETERKINI.ID – Kabupaten Bone dikenal sebagai wilayah dengan populasi Muslim yang dominan. Hal ini tercermin dari banyaknya tempat ibadah yang tersebar di seluruh pelosok daerah tersebut.
Data terbaru mencatat, Bone memiliki 1.447 masjid dan 1.584 musala aktif. Jumlah ini menjadikan Bone sebagai salah satu kabupaten dengan tempat ibadah terbanyak di Sulawesi Selatan.
Dari ribuan tempat ibadah tersebut, empat masjid paling ikonik dan paling terkenal di Bone yang menonjol karena nilai sejarah, budaya, dan arsitektur yang mereka miliki. Keempatnya menjadi simbol penting perjalanan dakwah dan peradaban Islam di Bone.
1. Masjid Al-Mujahidin, Tertua di Bone

Masjid Al-Mujahidin yang terletak di Jalan Sungai Citarum, Watampone, tercatat sebagai masjid tertua di Kabupaten Bone. Bangunan ini berdiri sejak 1639 pada masa pemerintahan La Maddaremmeng, Raja Bone ke-13.
La Maddaremmeng memerintah Bone antara tahun 1631 hingga 1644 dan dikenal sebagai raja pertama yang memeluk Islam. Masjid ini kerap disebut “Masjid Tua” karena usianya kini mencapai 381 tahun. Hingga saat ini, masjid tersebut tetap digunakan sebagai pusat ibadah dan bukti nyata jejak Islam di Bone sejak abad ke-17.
2. Masjid Raya Watampone, Simbol Kesalehan Raja Bone

Masjid Raya Watampone berdiri megah di Jalan Masjid dan menjadi salah satu landmark religi di pusat kota Bone. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan La Mappanyukki, Raja Bone ke-32 yang dikenal sangat taat menjalankan syariat Islam.
La Mappanyukki memerintah dari 1931 hingga 1946 dan memprakarsai pembangunan masjid ini pada tahun 1941. Saat peresmian, ia mengundang Resident Belanda saat itu, Tuan Boslaar. Kini, Masjid Raya telah berusia lebih dari 80 tahun dan masih menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat Bone.
3. Masjid Al-Markaz Al-Ma’arif, Cikal Bakal Pusat Peradaban Islam

Masjid Al-Markaz Al-Ma’arif terletak strategis di Jalan Ahmad Yani, Watampone, tepat di depan Kantor Bupati Bone. Masjid ini awalnya bernama Masjid Agung As-Salam dan mulai dibangun pada awal 1980-an saat H. Andi Syamsoel Alam menjabat sebagai Bupati Bone.
Perubahan nama menjadi Al-Markaz Al-Ma’arif terjadi pada masa pemerintahan H. Andi Muh. Idris Galigo. Tujuannya agar masjid ini menjadi pusat ilmu pengetahuan dan dakwah Islam, tidak hanya untuk Bone tapi juga kawasan timur Sulawesi Selatan. “Al-Ma’arif” berasal dari kata Arab yang bermakna pengetahuan dan pengenalan—sebuah simbol integrasi antara agama, budaya, dan sains.
Pembangunan fisik masjid ini rampung saat H. Andi Syamsoel Alam menjabat. Kemudian, Idris Galigo melakukan renovasi besar-besaran di periode pertamanya dan membentuk kepengurusan masjid yang lebih terstruktur.
4. Masjid Amirul Haq, Perpaduan Islam dan Kearifan Lokal

Masjid Amirul Haq menjadi ikon terbaru dalam deretan masjid bersejarah Bone. Masjid yang dijuluki “Masjid Kubah Songkok To Bone” ini mencerminkan perpaduan nilai religius dan identitas budaya lokal.
Bupati Bone saat ini, A. Fahsar Mahdin Padjalangi, menggagas pembangunan masjid tersebut tanpa menggunakan anggaran daerah (APBD). Bentuk kubahnya menyerupai Songkok To Bone, penutup kepala khas masyarakat Bone yang sarat makna adat.
Nama “Amirul Haq” berarti pembela kebenaran. Masjid ini dibangun sebagai tempat ibadah sekaligus sarana edukasi yang mencerminkan semangat keislaman yang membumi. Meski dibangun mandiri, progres pembangunan masjid ini terus berjalan dan semakin menunjukkan keindahan arsitekturnya.
Simbol Sejarah dan Peradaban Islam Bone
Keempat masjid paling ikonik di Bone ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi sejarah panjang perjalanan Islam di Kabupaten Bone. Dari masa kerajaan hingga era modern, masjid-masjid ini membuktikan bahwa nilai religius dan budaya dapat berjalan beriringan.
Pemerintah Kabupaten Bone bersama masyarakat terus menjaga dan menghidupkan warisan sejarah tersebut agar tetap relevan bagi generasi mendatang.