7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya
Ilustrasi

BONE TERKINI, BONE – Cerita mitos lekat pada keseharian suku Bugis. Dalam kesehariannya, masyarakat suku Bugis sangat menekankan perilaku atau kebiasaan luhur dalam bertutur kata dan berbuat yang disebut Pemmali.

Pemmali memiliki makna larangan atau hal yang tidak boleh dilakukan seseorang menurut adat istiadat yang telah diturunkan dari petuah terdahulu, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan. Pemmali merupakan acuan bagi masyarakat Bugis untuk menentukan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.

Pemmali dalam masyarakat Bugis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemmali dalam bentuk perkataan dan pemmali dalam bentuk perbuatan.

Berikut 7 mitos Pemmali yang dipercaya suku Bugis:

1. Menyebut kata Balawo dan Buaja

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Dua nama binatang tersebut pantang diucapkan oleh sebagian masyarakat Bugis karena diyakini akan mendatangkan bencana atau kerugian. Menyebut kata balawo (tikus) dipercaya masyarakat akan mengakibatkan gagal panen karena serangan hama tikus. Begitu pula menyebut kata buaja dapat mengakibatkan sang makhluk marah sehingga akan meminta korban manusia.

2. Duduk di atas bantal

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Duduk di atas bantal dipercaya masyarakat Bugis bisa membuat pantat terkena bisul. Namun, jika ditelaah larangan ini sebenarnya muncul demi menyelamatkan bantal dari kerusakan akibat digunakan tidak dalam fungsi semestinya. Selain itu, bantal yang diduduki bisa saja kemudian kotor alias tidak higienis, kesehatan para pemakainya pun bisa terpengaruh.

3. Bertopang Dagu

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Salah satu mitos orang Bugis yakni “Pemmali mattula bangi tauwe nasabaq macilakai” yang artinya dilarang bertopang dagu sebab akan sial. Bertopang dagu menunjukkan sikap seseorang yang tidak melakukan sesuatu, kerjaannya hanya berpangku tangan. Perbuatan ini mencerminkan sikap malas. Tidak ada hasil yang bisa didapatkan karena tidak ada pekerjaan yang dilakukan.

4. Berbaring Tengkurap

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Pemmali lewu moppang ananae nasaba magatti mate indo’na yang artinya dilarang bagi anak-anak berbaring tengkurap sebab ibunya akan cepat meninggal. Anak-anak yang berbaring tengkurap dianggap tidak sopan. Bagi yang melanggar pemmali ini digadang-gadang akan menyebabkan ibunya cepat meninggal. Makna terselubung dari pemmali ini lebih untuk mengajarkan anak memiliki etika yang baik sehingga tidak membuat malu keluarga.

5. Gadis tidak boleh tidur sampai tengah hari

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Orang yang bangun tidur di tengah hari diidentikkan sebagai pemalas. Inilah yang menjadi alasan kenapa masyarakat bugis melarang seorang gadis untuk tidur sampai tengah hari karena hal itu dianggap sangat tidak baik. 

Jika seseorang terlambat bangun, maka pekerjaannya akan terbengkalai sehingga rezekinya hilang. Terlebih bagi seorang gadis, terlambat bangun bisa membuat rezeki jodohnya menjauh. 

Sebab, gadis yang malas tidak akan menarik bagi lelaki, karena pastinya lelaki mencari perempuan yang bisa mengurus kebutuhan keluarga dengan baik.

6. Gadis menyanyi di dapur

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Masyarakat Bugis melarang seorang gadis yang sedang memasak atau menyiapkan sajian makanan bernyanyi di dapur. Imbas dari melanggar pemmali tersebut adalah sang gadis dipercaya akan mendapatkan jodoh lelaki yang sudah tua. 

Makna atau pesan tersirat dari pantangan itu sebenarnya lebih untuk kesehatan. Ketika seorang gadis menyanyi sembari ia memasak, otomatis air liur atau ludahnya akan terpercik ke makanan sehingga dikhawatirkan mendatangkan penyakit.

7. Meludah saat buang hajat

7 Mitos/Pamali Suku Bugis yang Masih Banyak Dipercaya

Masyarakat Bugis melarang meludah saat buang hajat besar karena diyakini bisa menimbulkan jerawat di wajah orang yang melakukannya. Belum diketahui pasti makna tersirat dari pemmali tersebut, meski demikian mitos ini masih berkembang dan dipercaya di kalangan masyarakat Bugis hingga sekarang.