BONE, BONETERKINI.ID – Sepasang suami istri membuktikan bahwa kebaikan tidak pernah sia-sia. Mereka bukan hanya menjalani ibadah ke Tanah Suci, tetapi juga dipercaya sebagai petugas haji asal Bone selama dua tahun berturut-turut.
Ahyadi Jusaeman, S.E., M.Si., tahun ini berangkat sebagai Petugas Haji Daerah (PHD) Layanan Umum. Ia menyusul sang istri, drg. Kurnia, S.Kg., yang lebih dulu mendapat amanah sebagai PHD Layanan Kesehatan pada musim haji sebelumnya.
Keduanya aktif bekerja dan mengabdi di instansi masing-masing. Ahyadi bertugas di Pengadilan Tinggi Makassar, sementara drg. Kurnia berdinas sebagai dokter gigi di Puskesmas Timurung, Kabupaten Bone.
Kebaikan Kecil yang Menuntun ke Tanah Suci: Kisah Petugas Haji Asal Bone
Perjalanan spiritual mereka dimulai dari ibadah umrah pada bulan Ramadhan 1446 Hijriah atau tahun 2023. Dalam momen itu, mereka membawa amanah titipan sedekah dari keluarga dan sahabat di Makassar untuk disalurkan kepada yang membutuhkan di Makkah dan Madinah.
Saat menjalankan ibadah subuh, mereka membagikan makanan sahur di pelataran Masjidil Haram. Di tengah kegiatan itu, mereka menemukan seorang lansia asal Indonesia yang tersesat dan kelelahan. Lansia tersebut tidak mampu berkomunikasi dengan baik.
Tanpa ragu, mereka membantu sang lansia hingga berhasil mengantarkannya kembali ke hotel sekitar pukul dua dini hari. Kejadian itu meninggalkan kesan mendalam, bukan hanya karena tindakannya, tapi juga karena tatapan syukur sang lansia.
“Tak ada ucapan, hanya tatapan penuh syukur dan mata berkaca-kaca. Tatapan itu seolah menyampaikan doa yang tak terucap, tapi mampu menggetarkan langit,” ujar Ahyadi mengenang peristiwa tersebut.
Beberapa bulan setelah kepulangan dari umrah, drg. Kurnia mendapat kabar bahwa ia terpilih sebagai petugas haji asal Bone dalam bidang kesehatan. Amanah tersebut menjadi pengalaman luar biasa yang membuka mata banyak orang bahwa pengabdian dari daerah pun bisa mendapat kepercayaan besar.
Tahun ini, giliran Ahyadi menyusul. Ia bergabung dalam kloter UPG-20 untuk mendampingi jamaah haji asal Kabupaten Bone dan Luwu Utara. Keduanya kini menyandang predikat sebagai pasangan petugas haji yang berangkat secara berturut-turut.
Mereka percaya bahwa pertemuan dengan lansia tersesat di pelataran Haram menjadi titik balik yang membawa mereka pada panggilan ini. Bagi mereka, tidak ada kebaikan yang sia-sia, sekecil apa pun tindakan itu.
Menjelang keberangkatan dari Embarkasi Makassar pada 15 Mei 2025, pasangan ini membawa harapan besar: suatu hari nanti mereka bisa wukuf bersama di Arafah sambil menggandeng tangan kedua orang tua sebagai tamu Allah yang dimuliakan.
Kisah ini memberi pelajaran bahwa siapa pun, termasuk petugas haji asal Bone, bisa menjadi inspirasi. Jalan menuju Tanah Suci tidak selalu datang lewat jalur biasa—kadang justru lewat keikhlasan hati dan doa tanpa pamrih.