WhatsApp Icon Gabung WhatsApp Channel Bone Terkini
Gabung

BONE, BONETERKINI.ID – Di kalangan masyarakat Bugis, ungkapan leluhur atau Ada-ada To Riolota telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan budaya. Ungkapan-ungkapan ini mengandung pesan moral, etika, serta kearifan lokal yang disampaikan secara sastrawi dan simbolik. Namun kini, keberadaannya semakin jarang terdengar, kecuali dalam acara-acara adat atau pertemuan budaya.

Ungkapan ini kerap digunakan orang tua sebagai bentuk nasihat kepada anak-anak mereka. Biasanya dikemas dalam bentuk sebab-akibat yang kuat, kadang berisi ancaman atau iming-iming, agar anak lebih patuh dan mengingatnya dengan baik. Bahkan kerap dianggap sebagai pamali atau mitos karena tidak dapat diterima oleh akal. Namun, di balik tutur yang sederhana, tersimpan nilai-nilai pendidikan yang sangat penting untuk pembentukan karakter.

Berikut ini adalah 13 ungkapan To Riolota lengkap dengan makna dan nilai pendidikan yang dikandungnya:

  1. Aja’ muoppang nasaba matei mati indo’mu
    Artinya: Jangan tidur tengkurap, nanti mati ibumu.
    Nilai Pendidikan: Mendorong kebiasaan tidur yang sehat, dengan menakut-nakuti agar anak tidak tidur tengkurap yang bisa mengganggu pernapasan. Merupakan bentuk pendidikan kesehatan dasar.
  2. Aja muleu ri tanae, konallekkaiko manu-manu mateitu indo’mu
    Artinya: Jangan baring di tanah, nanti ibumu mati kalau ada burung lewat.
    Nilai Pendidikan: Menghindari tidur sembarangan demi menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh.
  3. Aja muala aju pura rette’ walie…
    Artinya: Jangan mengambil kayu yang ujung-pangkalnya sudah dipotong atau yang bukan milikmu.
    Nilai Pendidikan: Menanamkan kejujuran dan kesadaran untuk tidak mengambil barang milik orang lain.
  4. Aja muinung tettong, malampei lasomu
    Artinya: Jangan minum berdiri, nanti panjang kemaluanmu.
    Nilai Pendidikan: Secara tidak langsung mendidik anak agar berhati-hati dan tidak ceroboh saat minum agar tidak menjatuhkan gelas.
  5. Aja munampui tanae, mataruko
    Artinya: Jangan menumbuk tanah, nanti jadi tuli.
    Nilai Pendidikan: Mengajarkan anak agar tidak bermain tanah sembarangan yang bisa menimbulkan penyakit.
  6. Aja muanre tebbbu ri leuremmu, matei indo’mu
    Artinya: Jangan makan tebu di tempat tidur, nanti ibumu mati.
    Nilai Pendidikan: Mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan tempat tidur dari sisa makanan.
  7. Aja muakkelong riyolo dapureng, tomatowa matu muruntu’
    Artinya: Jangan menyanyi di dapur, nanti jodohmu orang tua.
    Nilai Pendidikan: Mengajarkan anak agar tahu tempat dan menjaga kesopanan sesuai situasi.
  8. Aja mubuangi sanru’e, maponco sunge tauwe
    Artinya: Jangan menjatuhkan sendok, nanti pendek umur.
    Nilai Pendidikan: Mengajarkan anak agar tidak ceroboh saat makan dan menjaga peralatan tetap bersih.
  9. Aja mutudang risumpangnge, mulawai dalle’e
    Artinya: Jangan duduk di depan pintu, nanti rezekimu terhambat.
    Nilai Pendidikan: Mengajarkan sopan santun dan etika di rumah.
  10. Aja’ muasseringangngi pale’mu, sapu ripalekko
    Artinya: Jangan pakai tangan seperti sapu.
    Nilai Pendidikan: Menjaga kebersihan tangan dan menghindari luka dari benda tajam.
  11. Aja mutudangiki angkangulungnge, malettakko
    Artinya: Jangan duduk di atas bantal, nanti bisulan.
    Nilai Pendidikan: Menjaga kebersihan dan kelestarian barang-barang di rumah.
  12. Anreko dekke nanre, namalampe welua’mu
    Artinya: Makanlah nasi hangus supaya rambut panjang.
    Nilai Pendidikan: Membiasakan anak tidak membuang makanan dan belajar menerima kekurangan.
  13. Panni’na manue muanre, malessiko lari
    Artinya: Makan sayap ayam agar kuat lari.
    Nilai Pendidikan: Menghindarkan anak dari sikap pilih-pilih makanan dan mengajarkan kecukupan.

Sebagai bagian dari warisan budaya lisan, ungkapan To Riolota memiliki peran vital dalam membentuk karakter generasi Bugis dari masa ke masa. Di dalamnya, tersimpan filosofi hidup yang mencerminkan kecerdasan lokal dalam menanamkan nilai-nilai universal seperti kejujuran, etika, kerja keras, dan kepedulian sosial.

Namun, jika tidak dilestarikan dan dikenalkan kembali kepada anak-anak masa kini, maka ungkapan-ungkapan ini berpotensi hilang ditelan zaman. Padahal, di tengah tantangan globalisasi dan krisis identitas budaya, kearifan lokal seperti ini bisa menjadi penyeimbang yang kuat dalam pendidikan karakter.

IKLAN

Sudah saatnya masyarakat dan lembaga pendidikan melihat kembali nilai luhur dalam To Riolota. Bukan sekadar nostalgia masa lalu, tetapi sebagai sumber inspirasi untuk membangun manusia Bugis yang berbudaya, beretika, dan berkarakter tangguh.