Viral! Kisah Gilang Fetish Pocong Kain Jarik, Begini Kronologinya
 BONE, BONETERKINI.ID – Jagat maya kembali dihebohkan dengan kasus Gilang, salah satu mahasiswa Universitas Airlangga yang diduga melakukan tindak pidana pelecehan seksual dengan membungkus korbannya menggunakan kain jarik.
Kasus tersebut bermula saat beberapa akun jejaring sosial Twitter membagikan pengalaman sejumlah korban Gilang.
MF (21) salah satu korbannya mengaku mengenal Gilang lewat jejaring sosial Instagram sejak satu tahun yang lalu.
“Dia sudah follow saya dari tahun lalu, minta di-follow back, tapi dia chat baru Jumat kemarin” kata MF 
MF mengatakan bahwa awalnya tak ada yang aneh. Gilang yang mengklaim sebagai mahasiswa Universitas Airlangga menjelaskan bahwa dirinya saat ini tengah mengerjakan riset tugas akhir, dan memerlukan bantuan MF. Gilang kemudian meminta MF memberikan nomor telepon.
Obrolan keduanya pun berlanjut di aplikasi WhatsApp. Gilang menjelaskan bahwa dalam penelitian itu, MF diminta untuk membungkus diri dengan lakban dan kain jarik. Gilang ingin tahu reaksi yang ditimbulkan dari penelitiannya.
Awalnya, MF sempat menolak. Namun, ia luluh karena rasa kasihan.
“Kasihan saja. Dia kan juga mohon-mohon. Kata dia, maba (mahasiswa baru) mana tahu susahnya mahasiswa lama,” ujarnya.
MF pun mau menuruti perintah Gilang melalui WhatsApp. Dengan bantuan seorang kawannya, tubuh MF kemudian dililit lakban, hingga mata dan mulutnya tertutup. Badannya lalu dibungkus jarik, rapat-rapat.
Proses pembungkusan yang didokumentasikan itu berlangsung selama tiga jam. Foto dan videonya kemudian dikirimkan kepada Gilang dengan dalih laporan penelitian. 
“Ya sesak nafas, panas dan gerah,” kata MF mengingat kembali kejadian itu.
Namun alih-alih berterima kasih atau meminta maaf, Gilang malah mengirimkan pesan bernada godaan kepada MF. Tak hanya itu, Gilang kemudian meminta MF mengulangi adegannya dari awal karena terjadi kesalahan. MF pun keberatan.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB Unair, Adnan Guntur, mengatakan bahwa Gilang memang sudah kerap menjadi perhatian warga karena kelakuannya. Gilang bahkan pernah diarak warga keliling kampung di Gubeng, Surabaya.
“Dan tahun itu juga tahun 2018 atau 2017, yang bersangkutan itu diarak sama warga, membawa papan bertuliskan ‘Saya tidak akan melakukannya lagi’. Saya tidak tahu kasus apa. Itu di Gubeng,” kata Adnan.
Sebenarnya, kata Adnan, Gilang sudah sering diduga melakukan pelecehan seksual “bungkus kain jarik” dengan korban yang tidak sedikit.
Berdasarkan data yang dihimpun BEM FIB Unair, ada beberapa korban yang melapor, tapi tak bisa disebutkan identitasnya. Sejauh ini, BEM FIB Unair juga tengah menunggu laporan-laporan korban lainnya.
Korban Gilang yang melapor, kata Gilang, mayoritas adalah mahasiswa Unair. Namun, ada pula mahasiswa dari kampus lain.
“FIB Unair dan ada juga yang menghubungi saya dari kampus Malang. Banyak seperti itu,” ucap Adnan.
Untuk mengusut kasus Gilang, Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya mendatangi kampus FIB Unair, Surabaya, pada Kamis (30/7). Namun, polisi belum dapat memberikan keterangan atas kedatangan mereka ke kampus tersebut.
Sementara itu, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair, Puji Karyanto, mengatakan bahwa sejumlah petugas Satreskrim Polrestabes Surabaya mendatangi kampusnya untuk menggali keterangan sementara.
“Polisi sudah datang,” kata Puji saat dikonfirmasi.
Puji mengatakan bahwa dugaan kasus pelecehan seksual yang menyeret Gilang bukan hanya jadi persoalan etik, tapi juga masuk ranah pidana.
Meski begitu, Puji mengatakan hingga kini pihak dekanat sendiri belum bisa menjatuhkan sanksi apapun terhadap terduga. Alasannya, saat ini kasus tersebut masih didalami dan butuh pembuktian.
“Ada pedoman etik berperilaku di kampus. Kalau hal itu terjadi, pasti akan lakukan tindakan, tapi selama ini belum ada laporan langsung,” katanya.