Ilustrasi harta karun. |
BONE TERKINI, BONE – Baru-baru ini santer diberitakan jika Presiden Joko Widodo memberikan lampu hijau kepada pihak ivestor asing untuk melakukan perburuan harta karun atau benda muatan kapal tenggelam (BMKT) di bawah laut Indonesia.
Hal itu sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang ditandatangani Jokowi pada 2 Februari lalu.
Dalam Perpres yang mengatur tentang Bidang Usaha Penanaman Modal itu memungkinkan investor asing mengangkut harta karun dari laut Indonesia.
Lantas, di mana saja sebenarnya titik harta karun yang dimaksudkan tersebut?
Melansir Detik.com, di wilayah perairan Sulawesi Selatan (Sulsel) diduga terdapat 20 titik harta karun peninggalan abad ke-17 hingga peninggalan Perang Dunia II.
Hal ini diketahui dari Abdullah Pokja Bawah Air Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulsel.
“Berdasarkan datanya ada sekitar 20 lokasi. Kalau berbicara terkait potensinya, sebenarnya mulai dari zaman kerajaan hingga perang dunia kedua. Zaman kerajaan itu mulai dari abad 17,” katanya.
Adapun salah sati titik yang harta karun di bawah laut Sulsel ada di perairan Kepulauan Selayar. Daerah ini sejak dulu memang menjadi daerah strategis sebagai jalur pelayaran di Nusantara.
Keberadaan titik harta karun ini diketahui sejak 2004 silam. Bermula saat adanya laporan dari salah seorang anggota Direktorat Polisi Perairan Polda Sulawesi Selatan terkait dengan temuan barang berupa keramik tua di Perairan Selayar.
Arkeolog Universitas Hasanuddin (Unhas) Yadi Mulyadi menjelaskan jika lokasi penemuan situs arkeologi bawah air itu di perariran Bontosikuyu.
Adapun menurut Yadi barang-barang yang ditemukan di lokasi tersebut adalah berupa keramik dan koin mata uang.
“Secara arkeologis hal ini terbuktikan dengan adanya situs-situs arkeologi bawah air di Selayar berupa kapal karam atau muatan kapal karam seperti keramik dan koin mata uang,” ungkapnya.
Selain di Kepulauan Selayar, beberapa titik harta karun lainnya masih diyakini tersebar di wilayah Sulsel. Namun Abdullah mengaku jika pihaknya lebih memilih untuk merahasiakannya terlebih dahulu.
Hal ini untuk mencegah banyaknya pemburu harta karun yang berdatangan serta dapat merusak situs yang dianggap memiliki banyak pengetahuan untuk diteliti.
Abdullah juga mengatakan perburuan muatan kapal tenggelam memiliki efek pada sumber ilmu pengetahuan, khususnya di bidang arkeologi bawah laut.
“Ini harus ditanamkan ke masyarakat soal ada sumber ilmu pengetahuan di sana, agar masyarakat juga dapat turut menjaga ini. Ketika diangkat, mungkin nilai ekonomi yang bisa didapatkan hanya sesaat, kalau kita kembangkan ke depannya bisa untuk obyek wisata, saya kira manfaatnya lebih besar ke masyarakat,” tegas dia.
Tinggalkan Balasan