Sunat Saat Bayi? Ini Manfaat dan Resikonya
Foto: Istimewa

BONETERKINI.ID – Sunat bagi anak laki-laki umumnya dilakukan saat berusia 5 hingga 12 tahun atau saat masuk Sekolah Dasar (SD). Namun sekarang banyak orangtua yang justru memilih melakukan sunat pada anak yang masih bayi atau balita karena dianggap lebih baik. 

Dokter Spesialis Bedah Syaraf, dr. Mahdian Nur Nasution, Sp.Bs. menjelaskan bahwa sunat justru sebaiknya dilakukan saat bayi atau sebelum ia berusia 6 bulan. Karena pada usia itu bayi belum bisa tengkurap, dan dikhawatirkan akan menimbulkan luka di bagian bawah perut karena mudah terkena gesekan.

“Kalau dari bayi ya dari lahir sampai usia 6 bulan. Alasannya yang pertama, kalau dia (bayi) masih bayi, dia tidak ada trauma psikologis. Kalau dia sudah SD kan sudah ada rasa takut, cemas. Kalau bayi belum ngerti apa-apa. Kedepannya pun enggak ada trauma,” kata dr. Mahdian.

Selain itu, Imunitas bayi di usia ini terbilang sangat baik karena masih mendapatkan ASI eksklusif dari ibu sehingga pemulihan sunat pun lebih cepat. 

“Jadi, kalau ada luka, infeksi, lebih aman karena imunitasnya lagi tinggi, bayi masih menyusu. Jadi, kolostrumnya kaya akan antibodi sehingga membuat bayi kebal atau tahan terhadap infeksi. Jadi, memang bagusnya di bawah usia 6 bulan ya,” tuturnya.

Meski begitu, praktik sunat saat bayi mungkin masih jadi keraguan tersendiri bagi sebagian orang tua. Mereka takut sunat saat bayi justru berisiko untuk kesehatan si kecil. 

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), manfaat medis sunat pada bayi lebih besar dibanding risiko yang dihasilkan. Hal ini yang membuat para ahli merekomendasikan sunat neonatal atau saat bayi.

Karena meminimalisir risiko infeksi saluran kemih, seperti kondisi kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak usia dini. Sunat saat bayi juga memberikan perlindungan dari kanker penis, meskipun kondisi ini sangat jarang. Selain itu, sunat juga terbukti dapat mengurangi risiko penularan HIV.

Sementara untuk efek samping dari sunat neonatal lebih kepada luka dan rasa sakit setelah prosedur. Dalam hal ini orang tua harus memperhatikan si kecil agar luka bekas prosedur tidak menjadi infeksi meskipun kasus semacam ini jarang terjadi.