Hujan Meteor Sampai Planet Kerdil Eris Bakal Hiasai Langit Oktober
Ilustrasi.

BONETERKINI.ID – Sejumlah fenomena antariksa akan menghiasi langit pada Oktober 2022, mulai dari hujan meteor sampai penampakan penampakan planet kerdil terbesar kedua setelah Pluto, Eris.
Melansir Tree Hugger, fenomena antariksa yang pertama terjadi pada 8 Oktober. Fenomena ini disebut hujan meteor Draconids yang memang biasa terjadi setiap bulan.
Fenomena berikutnya adalah Bulan Pemburu pada 9 Oktober. Nama itu berasal dari kebiasaan penduduk asli Amerika berburu untuk persediaan saat musim dingin.
Bulan Pemburu juga memiliki nama lain yakni Bulan Beku dan Bulan Es. Waktu terbaik untuk menyaksikan Bulan Pemburu adalah Senin (9/10) pukul 4.54 malam waktu EDT atau Selasa (10/10) pukul 3.54 WIB.
Lalu di 18 Oktober, fenomena antariksa yang akan tampak adalah planet kerdil Eris. Ia adalah planet kerdil terbesar kedua setelah Pluto dalam Tata Surya kita.
Selain itu, Eris adalah obyek terbesar yang belum pernah dikunjungi pesawat manusia. Nama Eris sendiri diambil dari dewi perselisihan asal Yunani.
Eris mengelilingi Matahari setiap 559 tahun sekali. Pada 18 Oktober, Bumi akan berada tepat di antara Eris dan Matahari.
Eris memiliki permukaan reflektif yang besar, itu membuatnya menjadi obyek besar tercerah kedua dalam Tata Surya setelah bulan Saturnus, Enceladus.
Kemudian pasa 20-21 Oktober, Hujan Meteor Orionids, tahun ini diprediksi berlangsung lebih jelas. Pasalnya tahun lalu, hujan meteor Orionids bertepatan dengan Bulan Purnama.
Hujan meteor Orionids berasal dari puing-puing yang ditinggalkan Kome Halley. Puncak huan Orionids akan terjadi pada malam 20 hingga 21 Oktober.
Dalam kondisi ideal, akan terlihat 25 meteor setiap jamnya. Hujan meteor Orionids cenderung berasal dari konsetlasi Orion dan Pemburu. Namun ia bisa dilihat dari titik manapun pada malam hari.
Terkahir ada Gerhana Parsial yang akan tampak bagi penduduk di Eropa, Rusia, selatan dan barat Asia serta utara dan timur Afrika. Mereka yang berada di bawah langit Atlantik. Pada titik maksimalnya, Bulan akan menutupi sekitar 82 persen dari permukaan Matahari.
Hal itu membuat gerhana parsial yang ‘sangat dalam’. Namun tidak disarankan melihat gerhana ini dengan mata telanjang.