Ilustrasi |
BONETERKINI.ID – Belakangan ini media sosial WhatsApp diramaikan dengan pesan berantai yang menyebut bahwa cuaca panas terjadi dalam beberapa minggu terakhir merupakan dampak gelombang panas yang tengah melanda Indonesia.
Bahkan disebutkan cuaca yang sangat panas itu terjadi di sejumlah wilayah Indonesia yang menyebabkan suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius dan masyarakat dianjurkan menghindari minum es atau air dingin.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara tegas menyebut kabar beredar yang menyebut Indonesia saat ini dilanda gelombang panas adalah hoax dan masyarakat diminta untuk tidak panik.
“Berita yang beredar ini tentu tidak tepat dan tidak benar (hoax), karena kondisi suhu panas dan terik saat ini tidak bisa dikatakan sebagai gelombang panas,” tulis BMKG.
Dalam penjelasan BMKG, gelombang panas terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi. Sementara Indonesia, terletak di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca tidak memungkinkan terjadinya gelombang panas.
Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut. Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.
Gelombang panas umumnya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area secara persisten dalam beberapa hari. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat.
Tinggalkan Balasan