Fenomena Hujan Es di Bone, Begini Penjelasan BMKG
Ilustrasi hujan es.


BONE TERKINI, BONE – Sabtu sore kemarin, 6 Maret 2021, warga di Taccipi, Kecamatan Ulaweng sempat dibuat heboh dengan terjadinya fenomena hujan es selama beberapa menit.

Beberapa warga pun mengaku kaget saat melihat hujan es seperti itu.

BACA JUGA: Fenomena Hujan Es di Bone Hebohkan Warga

Seperti yang diungkapkan oleh seorang warga, Paldi. 

“Kita terkejut karena tidak biasanya hujan seperti ini.” Imbuh Paldi.

Tak sedikit pula warga yang mengaitkan hal tersebut dengan hal-hal mistis.

Namun benarkah hujan es seperti itu berkenaan dengan dunia spiritual ataukah bisa dijelaskan secara ilmiah?

Ternyata hal ini sudah sering dijawab oleh Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika.

Dalam laman resmi milik BMKG, ditemukan artikel “Penjelasan Singkat Fenomena Hujan Es” yang menjelaskan tentang fenomena hujan es yang akhir-akhir ini terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya Jojakarta, Kalimantan Timur, Toraja, termasuk Bone.

BACA JUGA: Sehari, Dua Tenda ‘Baruga’ Pernikahan di Bone Ambruk Karena Angin Kencang

“Fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.” Demikian tertulis dalam artikel tersebut.

Hal ini diamini oleh Hary Tirto Djatimko Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG.

“Dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba,” kata Hary, melansir dari Viva.co.id, Rabu, 3 Maret 2021.

Kata dia, fenomena hujan es/hail terjadi disebabkan oleh adanya awan Cumulonimbus (CB), pada awan ini terdapat 3 macam partikel (butir air, butir air super dingin, dan partikel es) sehingga hujan lebat yang masih berupa partikel padat (es/hail) dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) tersebut.

BMKG menjelaskan setidaknya ada 7 indikasi umum yang muncul jika akan terjadi hujan lebat/es, yaitu:

Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)

Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis – lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu – abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu – abu / hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).

Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri

Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba – tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.

Jika 1 – 3 hari berturut – turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.