Ilustrasi |
BONE, BONETERKINI.ID – BS (53) warga Kelurahan Masumpu dilaporkan meninggal dunia dalam kondisi positif Covid-19 oleh satgas penanganan Covid-19 Kabupaten Bone.
Hal tersebut sesuai rekapan data yang dirilis Jumat, 4 Desember 2020 oleh jubir Covid-19, drg. Yusuf Tolo.
Namun, sehari selang pemakaman almarhum BS. ZH, anak BS angkat bicara. Menurutnya ada kejanggalan yang ia temukan dalam kematian ayahnya sebagai pasien positif corona.
Salah satunya, ketika ayahnya dirujuk ke Makassar, ZH mengaku tidak ada satupun tim medis yang mendampinginya di bagian belakang ambulance. Satu-satunya perawat yang ikut di mobil duduk di bagian depan. Padahal menurutnya ayahnya dalam kondisi tiak baik dan butuh untuk terus dipantau.
“Saat ayah saya dirujuk ke Makassar untuk penanganan selanjutnya, tidak terdapat perawat yang menemani saya duduk di ambulance bagian belakang untuk melihat perkembangan ayah saya dan juga tak ada satupun anggota dari satgas covid 19 BONE yang ikut mendampingi ambulance saya menuju tempat rujukan.” Jelasnya kepada Bone Terkini.
Tak hanya itu, menurutnya hasil tes swab ayahnya terlalu cepat keluar. Bahkan tak sampai 12 jam, ia sudah mendapat penyampaian jika ayahnya positif, itupun hanya via telepon.
“Hasil swab ayah kurang dari 12 jam telah ada hasilnya. Pada hari yang sama hasil swab ayah, saya dapatkan via telepon. Hingga saat ini, hasi lab dari swab ayah belum kami terima.” Lanjutnya.
Ia juga mempertanyakan penanganan dan pelayanan di RS Tenriawaru, terutama di ruang isolasi. Saat berada di sana, ZH bisa masuk bebas tanpa perlu memakai APD. Padahal ruang isolasai rentan terhadap penularan.
“Saya pun tidak pernah dianjurkan oleh pihak RS untu memakai APD.” Pungkasnya.
Yang tidak kalah penting, ZH mempermasalahkan status kesehatan dirinya. Karena sejak hari Kamis hingga saat ini, ia belum pernah menjalani swab tes atau sekedar dibawa ke rumah singgah untuk isolasi. Padahal menurutnya, ia sangat banyak berinteraksi dengan ayahnya. Bahkan hingga menjelang kematiannya.
“Setelah pemakaman selesai, saya bermaksud untuk menyerahkan diri kepada satgas, untuk dilakukan pemeriksaan atau dibawa ke Rumah Singgah. Saya khawatir jika tidak segera diisolasi dapat menyebarkan kepada Keluarga yang lain.”
Lanjut ZH, “Tidak adanya penangan selanjutnya dari pihak RS Tenriawaru dan pihak Satgas Covid-19, tentu menjadi tanda tanya besar bagi saya pribadi beserta keluarga, bahwa kepergian ayah saya apakah murni Covid-19 atau bukan.”
ZH sesumbar mengakui jika dirinya belum menerima dengan penetapan ayahnya sebagai positif Covid. Terlebih lagi, hasil rapid tesnya negatif.
“Bukan saya tidak merelakan kepergian ayah. Saya Ikhlas Lillahi Ta’ala. Saya hanya tidak terima dengan vonis ayah yang dinyatakan Covid dengan tidak ada kejelasannya. Hasil Swab yang sampai saat ini saya masih pertanyakan, dan data-data tentang penyakit yang diderita oleh ayah juga belum jelas.”
“Mohon kiranya kepada keluarga, sahabat dan masyarakat Bone untuk tetap menjadikan ini pembelajaran. Saya tidak mncari iba dari teman-teman sekalian, tapi kami sekeluarga belum bisa menerima Ayah kami di Vonis terjangkit Covid- 19 sebagai sakit terakhir dan dikuburkan secara Protocol Covid.” Kuncinya.
Tinggalkan Balasan